Kamis, 11 November 2010

Demokrasi dalam Sholat

Demokrasi pada sebagian orang terkadang dimaknai dengan beraneka ragam apresiasi,munculnya banyak partai yang menghasilkan pemimpin pada tiap partai yang dibangun adalah gambaran bagaimana sebuah komuniti terbentuk dan bagaimana menaati pimpinannya,menegur kesalahan pimpinannya lalu memberikan solusi tentang apa yang seharusnya diperbuat. Gambaran seperti ini sepertinya terkadang bentrok kepentingan atau bahkan enggan untuk dibahas karena adanya antipati dari dampak-dampak negatif dari apa yang dihasilkan mulai dari perekrutan pimpinan,anggota dan aturan yang kurang jelas.Gambaran ini juga hampir sama dengan fenomena Pilkada,bahkan pemilihan sebuah kepala Negara.



Mungkin berangkat dari permasalahan yang muncul dapat kita sikapi untuk flash back dengan berani bertanya: "mengapa kita tidak belajar berdemokrasi dari shalat 5 waktu,yang setiap hari kita lakukan?"



Lho dari apanya shalat kita bisa belajar berdemokrasi? ....pertanyaan ini mungkin bisa muncul dari siapa saja diantara kita.



MEMILIH PEMIMPIN /IMAM

Pemilihan Imam dalam shalat adalah hal yang unik dimana tidak sembarangan orang akan berani mengajukan diri sebagai Iman diantara sekian banyak jemaah yang hadir kala itu,artinya semua yang ada dalam jemaah itu harus mengukur diri/mengaca/mengintropesksi apakah ia lebih pantas menjadi Imam diantara sekian yang ada,apakah sesalehan,kefasihan bacaan,kemampuannya mendapat pengakuan sehingga ia dianggap pantas menjadi imam....yang berat dari menjadi imam adalah tanggung-jawab yang besar kepada Allah karena sadar ia sedang menggenggam amanat yang besar. Ungkapan ini menyiratkan siapapun untuk mengukur diri baik kepada dirinya sendiri, kepada masyarakat sekitarnya apabila ingin menjadi Pemimpin karena pada saat menjadi pemimpin ada amanat yang amat besar pada pundaknya.



MEMATUHI ATURAN / RULE

Seorang yang telah menjadi Imam dalam shalat bukan berarti ia dapat seenaknya untuk mengendalikan sebuah aturan baku yang telah ditetapkan dengan membelokkan kepada aturan lain yang tidak pernah direkomendasikan,termasuk menaati waktu yang telah ditetapkan. Ungkapan ini menyiratkan bahwa Pemimpin-pun wajib hukumnya mengikuti aturan atau ketetapan yang telah baku bersama-sama bawahannya dan bukan hanya bawahannya saja yang harus taat....keluar dari ketetapan yang ada merupakan sebuah kesalahan yang berjamaah/kolektif dan itu sangat fatal



KOREKSI KESALAHAN

Seorang Imam adalah juga manusia biasa yang tidak lepas dari alfa dan salah maka dalam tatanan shalat para Makmum (jemaah yang mengikuti)yang mengetahui dan menyadari kesalahan dari Imamnya dengan warning: SUBHANAALLAH (Allah Tuhan Yang Maha Suci),langsung mengkoreksi atau menyadarkan Imam tentang kekeliruannya dengan meluruskan atau melanjutkan penggalan kesalahan agar ia ingat lalu melanjutkan kembali pada jalur yang benar. Ungkapan ini menyiratkan bahwa Pemimpin bukan tidak mungkin melakukan kesalahan maka ketika ada kesalahan yang dilakukan,tegur pemimpin itu lalu berikan masukan mana yang benar...agar ia menyadari bahwa ia melakukan kesalahan dan bawahannya telah mengingatkan.



KEDUDUKAN / DERAJAT

Dalam shalat perbedaan derajat atau kedudukan tidak pernah ada pengkotakkan,semua sama dengan posisi yang sama dan dengan kerendahan yang sama, Imam-pun sama rendahnya dengan makmumnya yang membedakannya adalah amanat yang ia sandang maka ia berada pada posisi terdepan. Setiap lini dalam shalat adalah mengisi bagian terdepan,merapatkannya dan menguatkannya...yang lambat datang maka berada pada bagian belakang,kaya dan miskin bergandengan dan berbaur tanpa harus memisahkan diri menjadi barisan lain.



Ungkapan ini menyiratkan pada kita untuk meletakan hak-hak kita sama dengan hak-hak saudara kita yang lain,baik ia kaya ataupun miskin...merapatkan persaudaraan adalah kebaikan yang menguatkan persatuan diantara kita



Al Imam Ahmad berkata, "Sesungguhnya kualitas keislaman seseorang adalah tergantung pada kualitas ibadah sholatnya. Kecintaan seseorang kepada Islam juga tergantung pada kecintaan dalam mengerjakan sholat. Oleh karena itu kenalilah dirimu sendiri wahai hamba Allah! Takutlah kamu jika nanti menghadap Allah Azza Wa Jalla tanpa membawa kualitas keislaman yang baik. Sebab kualitas keislaman dalam hal ini ditentukan oleh kualitas ibadah sholatmu." (Ibn al Qayyim, ash Sholah, hal 42 dan ash Sholah wa hukmu taarikihaa, hal 170-171)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar